21 Orang Penolak Tambang Pasir Dipanggil Polisi, Warga Karossa Tuntut Keadilan di Polda Sulbar | Mekora.id
Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
NEWS

21 Orang Penolak Tambang Pasir Dipanggil Polisi, Warga Karossa Tuntut Keadilan di Polda Sulbar

×

21 Orang Penolak Tambang Pasir Dipanggil Polisi, Warga Karossa Tuntut Keadilan di Polda Sulbar

Sebarkan artikel ini
Demo Warga Karossa di Polda Sulbar
Demo Warga Karossa dan Sarasa, Mamuju Tengah berunjuk rasa di Polda Sulbar, usai 21 warga penolak tambang pasir dipanggil Polisi.

MAMUJU, Mekora.id – Ratusan warga dari Kecamatan Karossa dan Kabupaten Mamuju Tengah dan Sarasa, Kabupaten Pasangkayu, menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Polda Sulawesi Barat (Sulbar), Jl. Aiptu Nurman, Kalubibing, Mamuju, pada Selasa, (18/3/2025) siang.

Aksi ini dipicu oleh pemanggilan 21 warga yang menolak aktivitas tambang pasir. Mereka dilaporkan dan dituduh melakukan pengrusakan serta pengancaman terhadap alat berat serta kapal milik perusahaan saat aksi menolak tambang berlangsung.

Warga Karossa, Aco Mulyadi, mengecam langkah PT ASR yang melaporkan 17 warga Karossa ke pihak berwajib. Ia menilai bahwa sejak awal, perusahaan justru telah menciptakan keresahan di masyarakat.

“Perusahaan telah menyebabkan kepanikan di kalangan warga. Kami rela meninggalkan pekerjaan, keluarga, dan waktu berharga demi mempertahankan ruang hidup kami,” ungkap Aco.

Baca juga :  Muhammad Hamzih Resmi Jabat Pj Bupati Polman

Ia juga berharap agar kepolisian tidak melanjutkan kasus ini ke ranah pidana dan tetap berpegang pada kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

“Di bulan suci Ramadan ini, seharusnya kami bisa beribadah dengan tenang, tetapi laporan dari pihak perusahaan telah mengganggu ketenangan kami,” pungkasnya.

Salah satu ibu rumah tangga dari Karossa menuturkan, Indah, mengatakan keberadaan tambang pasir di Daerah Aliran Sungai (DAS) telah mengancam mata pencaharian mereka. Ia menyebut penolakan tambang pasir dilakukan sebab ia khawatir mereka tergerus oleh tambang pasir.

“Tambang ini sudah mengancam mata pencaharian kami, kalau terus beroperasi dan mata pencaharian kami hilang anak-anak kami mau makan apa?,” kata Indah dalam orasinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *