Scroll untuk baca artikel
Example 720x720
OPINI

Reformasi 1998 : Jilid Perlawanan dan Tumbangnya Otoritarianisme

×

Reformasi 1998 : Jilid Perlawanan dan Tumbangnya Otoritarianisme

Sebarkan artikel ini
Yudi Toda
Yudi Toda

Sehari setelah Tragedi Trisakti, rakyat Indonesia seakan menjadi bara api yang mudah tersulut oleh provokasi dan kemarahan. Kekecewaan terhadap krisis ekonomi dan rezim Orde Baru memuncak dalam bentuk kerusuhan besar-besaran pada 13–15 Mei 1998. Pembakaran, penjarahan, hingga pembunuhan terjadi di berbagai kota besar, termasuk Jakarta. Kekacauan ini menjadi salah satu peristiwa tergelap dalam sejarah bangsa.

4. Pendudukan Gedung DPR/MPR

Pada 16 Mei 1998, ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta bergerak menuju Gedung DPR/MPR di Senayan. Dari waktu ke waktu, jumlah mereka terus bertambah, hingga memenuhi seluruh area gedung, bahkan atapnya. Para mahasiswa bertahan dan bermalam di gedung tersebut, menantang segala risiko dengan satu tuntutan utama: Soeharto harus mundur dari jabatan presiden.

Baca juga :  May Day : Dari Turunan Global Jadi Ketimpangan Daerah

Dukungan terhadap gerakan mahasiswa mulai mengalir dari berbagai elemen masyarakat, termasuk elit politik, organisasi non-pemerintah, buruh, dan rakyat umum. Kabinet Soeharto pun mulai terbelah. Sejumlah menteri di bawah koordinasi Ginanjar Kartasasmita menyatakan pengunduran diri mereka. Pada 18 Mei 1998, Ketua MPR dan loyalis Soeharto, Harmoko, secara terbuka meminta Soeharto untuk mundur secara arif dan bijaksana. Namun, Panglima ABRI, Jenderal Wiranto, menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah pendapat pribadi, meskipun disampaikan secara kolektif, dan tidak memiliki kekuatan hukum menurut konstitusi.

Terdesak oleh tekanan publik yang semakin besar, pada 19 Mei 1998, Soeharto memanggil sembilan tokoh Islam untuk mendengar aspirasi masyarakat. Namun, gelombang mahasiswa terus membanjiri Gedung DPR/MPR dan memperkuat desakan agar Soeharto segera lengser.

Baca juga :  JATAM : Polemik Tambang Sulbar Sarat Konflik Kepentingan Klan SDK?

5. Era Reformasi: 21 Mei 1998

Puncak dari rangkaian peristiwa tersebut terjadi pada Kamis, 21 Mei 1998, pukul 09.05 WIB di Istana Merdeka, Jakarta. Di hadapan para wartawan dari dalam dan luar negeri, Presiden Soeharto secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya. Wakil Presiden B.J. Habibie kemudian dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia ketiga.

Berakhirlah sebuah era kediktatoran yang otoriter dan penuh penindasan. Di jalan-jalan dan di Gedung DPR/MPR, rakyat meluapkan kegembiraan dengan berbagai cara. Sebuah babak baru dimulai: perjalanan transisi bangsa Indonesia menuju sistem demokrasi yang lebih terbuka dan berkeadilan.

Tuntutan Utama Reformasi:
1. Penegakan supremasi hukum
2. Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
3. Mengadili Soeharto beserta kroninya
4. Mencabut Dwifungsi ABRI
5. Memberikan otonomi daerah secara luas.

Baca juga :  Mudik Lebaran di Tengah Efisiensi Anggaran, Orang Miskin Dilarang Mudik?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *