MAMUJU, Mekora.id – Di balik meriahnya penutupan Sandeq Silumba 2025, tersimpan kisah perjuangan luar biasa para passandeq yang harus menaklukkan lautan Sulawesi Barat sejauh 200 kilometer.
Perjalanan panjang itu dimulai dari Pantai Bahari, Polewali Mandar, pada 21 Agustus lalu. Selama hampir sepekan, 55 perahu Sandeq berlayar etape demi etape, melintasi pesisir hingga akhirnya finis di Pantai Manakarra, Mamuju, pada 26 Agustus 2025.
Ketua Dewan Pengarah Sandeq Silumba, Syamsul Samad, menyebut jarak 200 kilometer ini bukan sekadar lomba, melainkan wujud nyata karakter orang Mandar.
“Mereka berkomitmen untuk sampai ke garis finis, apapun risikonya. Bahkan ketika ada perahu terbalik di sekitar Pulau Karampuang, para passandeq memilih bangkit dan melanjutkan perjalanan. Itu gambaran tanggung jawab dan keteguhan hati masyarakat Sulbar,” ujarnya.
Tak hanya melawan jarak, para passandeq juga harus menghadapi angin kencang, arus laut, hingga panas terik. Namun justru di situlah nilai filosofi Sandeq lahir: keberanian, ketangkasan, keseimbangan, dan kekompakan.
Gubernur Sulaeesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka, ikut memberi apresiasi. Ia menilai kemampuan para passandeq mengendalikan layar di tengah kondisi cuaca yang tidak mudah adalah bukti bahwa mereka layak mendapat penghormatan.
“Angin dari arah bawah membuat etape terakhir cukup berat. Tapi kepandaian mereka mengatasi itu membuat semua sampai finis. Mereka luar biasa,” ucapnya.
Sementara itu, hadiah yang disiapkan panitia tahun ini mencapai lebih dari Rp600 juta. Tidak hanya juara utama, seluruh peserta mendapat apresiasi, bahkan peringkat terakhir pun pulang dengan hadiah hiburan.
Meski demikian, bagi para passandeq, hadiah bukanlah tujuan utama. Yang paling berharga adalah menyelesaikan 200 kilometer perjalanan, mengibarkan layar Sandeq hingga ke garis finis, dan membuktikan bahwa warisan bahari Mandar masih tetap hidup.