OPINI

Kuli’

Sukriadi Amil Tannipalu
Sukriadi Amil Tannipalu. (Dok. Ist)

Penulis : Sarman Sahuding (Wartawan Utama)

Otoritas pimpinan baru Partai Nasdem Sulawesi Barat telah menarik garis batas demarkasi politik Pilkada region Mamuju : tak ada kader partai yang maju walau calon wakil bupati sekalipun.

Dengan pernyataan punggawa baru Nasdem sekaligus menjelaskan tak penting menakar jumlah kursi di parlemen Mamuju. Berapa pun raihan kursi di DPRD Mamuju, toh dukungan partai akan tetap disorongkan kepada figur lain yang sekiranya ideal berpasangan di Pilkada Mamuju 2024.

Dirga Singkarru adalah pemilik otoritas itu. Dan, kita semua tahu apa saja isi pernyataannya beberapa hari lalu. Nasdem di Mamuju hanya sebatas ikut barisan pertarungan: pertarungan siapa lawan siapa, atau bahkan berada di kubu petahana melawan ‘kotak kosong’.

Dari sisi mahar politik, sulit dinalar, dari bacaan kita partai ini dihuni banyak kalangan tajir melintir. Tapi apakah akan dijadikan patgulipat atau mungkin perkawinan kepentingan di palagan pilkada di tempat lain, bisa pula benar.

Baca juga :  Resmi Daftar KPU, Ado-Damris Usung Tagline Mamuju Baru

Kuli’, sapaan Sukriadi, anak muda 30an tahun dari Kalukku’ Mamuju — ‘berwajah Jawa’ berdarah campuran PUS, Bugis, Mandar — baru saya kenal sejak awal 2023. Singkat tapi bermakna. Sesingkat dari bilangan waktu, tapi saya sudah pernah menyinggahi rumah mertuanya di Polman. Datang ke kediaman orangtuanya di Kalukku pun sering.

Pernah sekali kunjungan bertepatan waktu ibadah lalu saya sholat di rumahnya. Saya masuk bangunan belakang untuk wudhu. Saya terkesan dengan kamar mandinya yang lapang nan teramat bersih.

Soal kebersihan kamar mandi, saya teringat dua kisah pendek yang ini jadi pengalaman diri saya sendiri.

Dulu, di Makassar, Sulsel, saya masih wartawan freelance di beberapa koran kecil. Redaktur saya kerap percayakan mengisi rubrik pembangunan daerah, dan karena itu membuat sering bertemu pejabat provinsi dan kota.

Baca juga :  Bawaslu Mamuju Laporkan 5 Pejabat ke KASN atas Dugaan Pelanggaran Netralitas

Seorang nama terngiang saat ini, Husni Manggabarani. Beliau saat itu — 20an tahun silam — adalah Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan. Sekali waktu saya diajak libur akhir pekan ke Limbung, Gowa — sebuah desa tak terlampau jauh dari jalan poros Gowa-Takalar.

Di desa itu pak Husni punya lokasi yang dipermak jadi tempat wisata mancing: beberapa kolam lengkap dengan gazebo. Indah sekali. Lingkungannya bersih, termasuk beberapa kamar mandi.

Konon ya: “Jika Anda mau menyelami hati seseorang (perempuan), lihat dulu kamar mandinya,” kurang lebih itu kalimat pendek pak Husni Manggabarani yang tersimpan di memori saya.

Kisah kebersihan kamar mandi yang kedua, malah nyaris jadi ‘malapetaka’ untuk saya kemudian. Dari pinggir jalan, saya pamit ke bagian belakang rumah pemilik sebuah counter pulsa kecil di sebuah kota (tak perlu saya sebut kotanya). Betapa tercengang saat berada di kamar mandi anak puteri itu. Bersih nian. Melewati dapurnya, setali tiga uang. Sekelilingnya bersih. Lantaran si pemilik rumah masih ‘di bawah umur’ saya urung ‘jatuh cinta’, tapi sesungguhnya punya kenangan berbulir di sekujur terkait kebersihan kamar mandi, dapur dan sekitarnya. Ini kisah lama.

Baca juga :  Cabup Mamuju Sutinah Suhardi Dilaporkan ke Bawaslu Buntut Klaim Saat Kampanye

Pemuda Sukriadi Amil Tannipalu, nama fesbuknya. Saya kenal sosoknya yang peramah. Penyabar. Bicaranya pelan, mungkin juga kalem, sangat kontras dengan sebuah foto yang tersampir di kamar tengah rumahnya di Kalukku: pakai loreng dengan baret khas partai dimiringkan sedikit, berdiri tegak di samping Prabowo Subianto. Sepintas tampak sangar.

Exit mobile version