“Bupati yang kami pilih seharusnya hadir di tengah rakyatnya. Tapi yang terjadi justru bersembunyi di balik layar Zoom. Ini bukti pemimpin tidak peka terhadap penderitaan rakyat,” lanjut Ahyar.
Di DPRD, massa hanya ditemui oleh Kepala Bidang BKD, Kadis Kesehatan, dan Direktur RSUD Mamuju. Namun kehadiran pejabat teknis itu tak mampu meredakan kekecewaan.
“Kami ingin mendengar langsung dari Bupati, bukan dari bawahan. Janji-janji manis sudah terlalu sering kami dengar. Yang kami butuhkan adalah kepastian,” ujar Ramli, salah satu tenaga kontrak dengan nada lantang.
Hingga malam, massa tetap bertahan di Gedung DPRD Mamuju. Sebagian memilih duduk bersila di lantai ruang paripurna, sebagian lainnya bergantian berorasi. Spanduk dan poster tuntutan dibentangkan sebagai simbol perlawanan.
Mereka menegaskan akan tetap berada di gedung wakil rakyat sampai Bupati Sutinah Suhardi datang menemui mereka secara langsung.
“Kalau malam ini tidak datang, besok kami akan kembali dengan jumlah lebih banyak. Nasib kami harus jelas, jangan dipermainkan,” tutup seorang peserta aksi.













