Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
OPINI

Andik Siswanto, Wangi Dari Majalengka

×

Andik Siswanto, Wangi Dari Majalengka

Sebarkan artikel ini
Dandim 1418 Mamuju
Dandim 1418 Mamuju, Letkol, Andik Siswanto (Baju merah) - Sarman Sahuding (Jaket Hitam).

Eskalasi program dari Andik itu mewujudkan pembukaan lahan produktif seluas 4,5 hektar untuk penanaman Sereh, Kunyit, dan Jahe serta tanaman rempah lainnya. Program ini tersambut ke desa-desa.

Sebelum Andik pamit dari Majalengka akhir 2022 silam, perluasan budidaya Sereh Wangi telah mencapai puluhan hektar. Hasilnya mencengangkan: Rakyat sehat, ekonomi Rakyat berputar lewat UMKM dan BUMDes. Dan untuk Letkol Andik Siswanto sendiri diganjar penghargaan setimpal: Dandim terbaik di Indonesia. Bersamaan dengan itu ia ditarik ke Mabes TNI AD dengan jabatan baru. Namanya kian melambung. Sosoknya tetap teduh dan sederhana. Ia tak membanggakan diri. Seperti semalam selama tiga jam lebih kami berdiskusi di Warkop Damai 88. Tak tampak ia perwira tentara. Bicaranya pelan. Selingan tawa dan candanya mengesankan. Tentara yang humble.

Baca juga :  Gerakan “Sepekan Menanam Mangrove”, Langkah Sulbar Dukung Indonesia Capai Nol Emisi Karbon 2060

Sabtu Damai 88

Tak ada janji sebelumnya selain tetiba seorang bawahannya menelepon WhatsApp untuk kesediaan berdiskusi dengan komandannya, Letkol Inf. Andik Siswanto. Kawan saya, Iccang, menyambutnya dari dari warkop yang lain di bilangan Pasar Baru Mamuju, kami menyegarkan  bergerak ke Warkop Damai 88 tempat Komandan Kodim Mamuju ini telah duluan tiba.

Tepat pukul 20.30 Wita, Sabtu semalam, kami menemukan Letkol Andik begitu santai: pakai jeans dengan setelan kaos warna merah pakai kerah. Perkenalan singkat di pertemuan kali pertama. Lalu, obrolan ngelantur antah beranta, tawa menyertai di sela obrolan. Itu di jam-jam awal. Berikutnya, setelah dua jam-an ngobrol, diskusi menulis syahdu: agama, pancasila, kejawen, sejarah Jawa dan tanah Sulawesi jadi topik baru. Hangat tapi dibawa santai. Juga saling mengerti.

Baca juga :  Pilkada Sulbar Hendaklah Adu Gagasan, Bukan Cacian

Pisang goreng dan kopi hangat tak cukup. Andik beri perintah. Tak lama, dua bawahan beliau datang bawa lima bungkus dalam plastik kesekian bening. Rupanya buah kelapa yang panas. Air Kelapa Bakar dari bibir Pantai Manakarra.

Air kelapa dari buah bandar kelapa itu telah diolah ramuan khas Majalengka: sereh, jahe, kunyit, gula merah, madu, dan sedikit tetesan jeruk nipis. Baru sekali sekali ini saya menikmati minuman aneka rasa yang sungguh menyehatkan. Diseruput dalam keadaan hangat, nikmat sehatnya tiada banding. (Bersambung)