MAMUJU, Mekora.id — Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Barat (Sulbar) turun signifikan pada November 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Sulbar melemah dari 130,63 menjadi 126,96, atau turun 2,80 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini menjadi sinyal kuat melemahnya daya beli petani di tengah tekanan harga komoditas pertanian.
BPS menyebut, pelemahan NTP disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,50 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) justru naik 0,31 persen. Kombinasi keduanya menekan kesejahteraan petani secara keseluruhan.
“Artinya, secara umum harga komoditi hasil pertanian dari bulan sebelumnya turun sedangkan harga barang-barang keperluan konsumsi dan produksi mengalami kenaikan. Akibatnya, perbandingan antara indeks harga yang diterima dengan indeks harga yang dibayar petani cenderung lebih rendah,” kata Plt Kepala BPS Sulbar, M. La’bi, Senin, (1/12/2025).
Perkebunan Jadi Penopang Terbesar Penurunan
Dari lima subsektor utama pertanian, sektor perkebunan rakyat (NTP-R) mengalami penurunan paling tajam, yakni 5,91 persen, dari 159,18 menjadi 149,81. Turunnya harga kelapa sawit, kelapa, kemiri, hingga lada/merica menjadi faktor dominan yang menyeret kinerja subsektor ini.
Selain sektor utama, tiga subsektor lainnya juga mencatat penurunan, yakni Hortikultura turun 0,05 persen, Peternakan turun 0,43 persen, dan Gabungan tanpa perikanan: turun 3,04 persen. Penurunan ini menunjukkan tekanan yang merata di sebagian besar komoditas hasil tani di Sulbar.
Tanaman Pangan dan Perikanan Jadi Penopang
Di tengah tren pelemahan, dua subsektor justru menunjukkan penguatan. Tanaman pangan naik 3,50 persen, dipicu oleh naiknya harga palawija seperti jagung, kacang tanah, dan ketela rambat. Sedangkan sektor Perikanan juga ikut terdongkrak naik 1,25 persen, terutama disumbang oleh perikanan tangkap yang tumbuh 1,72 persen.












