Dilihat : Romadhon menjelaskan warna uang asli terlihat terang jelas dan tegas, kemudian terdapat benang seperti dianyam pada uang kertas pecahan Rp 50 ribu, Rp 100 ribu dan Rp 20 ribu. Secara khusus untuk pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu akan berubah warna bila dilihat dari sudut pandang tertentu.
“Sepertinya masyarakat banyak yang tertipu dengan tutorial yang beredar di sosmed, karena melihat uang lusuh jadi langsung mengambil tindakan yang kurang tepat,” jelasnya.
Selain itu terdapat kombinasi warna merah, kuning dan biru pada angka 50 serta gambar tersembunyi (latent image) berupa tulisan “BI” yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.
Diraba : Apabila sudah dilihat, tahap selanjutnya mengecek keaslian uang rupiah adalah dengan cara diraba. Romadhon mengatakan, adapun bagian yang kasar ketika diraba adalah angka nominal “50.000” dan tulisan “LIMA PULUH RIBU RUPIAH”.
“Selain itu terdapat kode garis kanan dan kiri uang yang akan terasa kasar ketika diraba, kode tuna netra (blind kode),” tambahnya.
Diterawang : Selanjutnya cobalah menerawang uang untuk memastikan keasliannya. Romadhon mengungkapkan, ada tanda air (watermark) berupa gambar pahlawan pada semua pecahan uang kertas, dan electrotype angka “50”. Selain itu logo BI akan terlihat utuh (rectoverso) apabila diterawang ke arah cahaya.
Lebih lanjut, Romadhon mengatakan ciri uang palsu secara khusus dapat diidentifikasi dengan bantuan sinar ultraviolet (UV) sehingga hasil cetak akan memendar dalam 1 (satu) atau beberapa warna.
BI menghimbau agar masyarakat harus lebih teliti dalam bertransaksi apabila ada keraguan dalam tanda pengamanan uang rupiah dapat melakukan pengecekan ke bank terdekat atau segera melapor ke BI.
“Selain itu uang rupiah asli dilengkapi dengan mikroteks, yakni tulisan berukuran kecil yang hanya dapat dibaca dengan bantuan kaca pembesar,” tutup Romadhon.