Dalam tuntutannya, para mahasiswa meminta Pemda Mamasa segera mengaktifkan kembali layanan di RSUD Kondosapata dan segera membayarkan klaim BPJS serta insentif tenaga kesehatan, termasuk dokter di rumah sakit tersebut.
Selain itu, massa aksi juga mendesak pembayaran Siltap (Penghasilan Tetap) untuk kepala desa dan aparat desa, yang telah berbulan-bulan tidak dibayarkan oleh Pemda Mamasa.
Aksi ini menjadi sorotan tajam karena dianggap sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap pengelolaan pelayanan publik di daerah tersebut, terutama di sektor kesehatan yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat.
Sebelumnya, pihak RSUD Kondosapata Mamasa mengumumkan menutup pelayanan poli sejak Rabu, 17 September 2024.
Dalam pengumuman itu, tidak ada batas waktu penutupan layanan itu. Pihak Rumah Sakit menjelaskan pelayanan poli baru akan dibuka jika bahan pakai, klaim BPJS dan Insentif tenaga kesehatan dibayarkan.
“Sehubungan karena tidak tersedianya bahan habis pakai (BHP), stok obat-obatan formularium JKN, radiologi dan reagen laboratorium serta klaim BPJS dan insentif dokter belum dibayarkan, maka pelayanan rawat jalan (Poliklinik) kami hentikan untuk sementara mulai hari ini Selasa 17 September 2024 sampai tersedianya dan dibayarkannya yang dimaksud diatas,” demikian pengumuman itu. (FR*)