Di Demo Usai Dilantik
Tidak berselang lama setelah pelantikan, suara-suara megaphone diluar pagar kantor DPRD Mamuju terdengar. Asap dari ban bekas juga membumbung tinggi menyelimuti pintu masuk Gedung Dewan di Jl. Ahmad Yani itu.
Usut punya usut, sekelompok mahasiswa sedang berorasi di Depan pintu gerbang. Nampak panji kebesaran dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Mamuju membentangkan spanduk.
Mereka menuntut DPRD Mamuju untuk aktif bersuara membawah tuntutan rakyat. Salah satu yang getol disuarakan yakni menerapkan muatan lokal sebagai pembelajaran wajib di sekolah.
“Dengan tidak diberlakukannya lagi ajaran-ajaran muatan lokal di sekolah, menutup pengetahuan dini generasi muda akan budaya dan sejarah. Itu berarti kita membiarkan budaya kita tergerus oleh arus globalisasi, jika tidak bergerak dan dilindungi secepatnya akan punah,” demikian gelegar orasi dari ketua GMNI Mamuju, Adam Jauri.
Dalam aksi unjuk rasa itu mereka membawa 10 tuntutan, yang mereka sebut “SEPTEMBER” sepuluh tuntutan bersama rakyat. Masing-masing : Ajarkan kembali muatan lokal, Tolak reklamasi pantai di Mamuju, Tolak pembangunan PLTA DND HYDRO ECO POWER, Pemerataan infrastruktur jalan, pariwisata, dan tata ruang kota Kabupaten Mamuju, Pemerataan infrastruktur dan tenaga pendidik di Mamuju, Tuntaskan konflik agraria, Hentikan eksploitasi anak dan tuntaskan pelecehan seksual, Cairkan dana stimulan gempa tahap II, Segera bangun tanggul penahan ombak di Tambi, dan Hentikan mendorong perubahan nama pelabuhan feri menjadi pelabuhan Kurri-Kurri Simboro
Sembari mengenakan setelan jas dengan dasi berwarna merah, Andi Abdul Malik bergegas bersama Ketua Sementara DPRD Mamuju, Syamsuddin Hatta, menemui pengunjuk rasa. Setelah satu jam berorasi, mahasiswa dan kedua Pimpinan Sementara DPRD Mamuju itu bersepakat melakukan dialog.
Bagi Andi Abdul Malik, itu kali pertama dia menerima pengunjuk rasa dihadiri pertamanya jadi anggota DPRD Mamuju. Tentu belum banyak yang dia bisa lakukan, namun dia meminta mahasiswa untuk terus menjadi mitra kritisnya di DPRD.
“Untuk itu mari terus menjadi mitra kritis kami di DPRD Mamuju, tentu kami dengan peran dan fungsi akan berupaya maksimal menerima saran demi kemajuan daerah itu,” Kata Andi Abdul Malik saat berdialog dengan mahasiswa. Terdengar sangat formal namun, itulah jawaban yang ia terima ketika menjadi mahasiswa yang juga berunjuk rasa dahulu.
-Bersambung-