MAMUJU, Mekora.id – Pernyataan Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka, yang baru-baru ini menyebut lesunya investasi dikarenakan penolakan masyarakat, disoroti oleh Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Mamuju. FPPI menilai investasi tidak hanya terbatas pada sektor tambang, tetapi juga harus mencakup sektor lain yang lebih berkelanjutan di Sulbar.
Ketua FPPI Pimkot Mamuju, Muh. Irfan, menyatakan meski Sulawesi Barat kaya dengan kekayaan alam, namun perlu pengelolaan yang lebih teliti dan tidak berdampak pada masyarakat lokal. Hal itu karena penolakan tambang yang akhir-akhir ini mencuat berada di sekitar pemukiman warga.
Irfan menyebut, investasi yang tidak cermat dan ketidak becusan perusahaan tambang dalam mengelola investasi telah menimbulkan konflik di Masyarakat. Dia menyebut keberadaan perusahaan tambang di sepanjang pesisir Sulawesi Barat (Sulbar) sangat rentan bersinggungan dengan masyarakat dikarenakan hampir semua potensi dihuni.
“Dari sekian rentetan masalah atau penolakan investasi yang dilakukan oleh Masyarakat semestinya ini menjadi pelajaran baik itu Pemerintah maupun pengusaha sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan sejumlah hal. Terutama menjamin dan melindungi masyarakat lokal dari ketimpangan investasi dan ketidakadilan lingkungan,” kata Irfan.
Irfan mengatakan, pemerintah mestinya lebih cermat dalam mengeluarkan ijin tambang dan melihat akar masalah penolakan warga terhadap keberadaan tambang. Ia mencontohkan, penolakan di Kalukku, Sampaga, hingga Karossa dikarenakan pihak perusahaan menambang di sekitar pemukiman. Dimana kata Irfan, Sungai-sungai di wilayah itu mengalami erosi dan menghilangkan kebun hingga rumah warga yang bermukim disana.
Ia menyebut, penolakan warga terhadap aktivitas tambang itu dikarenakan pemerintah daerah tidak membuka ruang bagi masyarakat sekitar. Ia menyebut keberpihakan pemerintah pada investasi telah membuka ruang ketakutan dan momok bagi warga pesisir.
majapahit4d
diponegoro4d
diponegoro4d