BUDAYANEWS

Paguyuban Bimantara Balanipa Mandar Kecam Tarian di Atas Makam PYM I Manyambungi Todilaling

Sejumlah penari di Makam PYM I Manyambungi Todilaling Balanipa.
Sejumlah penari di Makam PYM I Manyambungi Todilaling dikecam.

TINAMBUNG, Mekora.id — Yayasan Biya Yang Mulia I Manyambungi Todilaling Arajang Balanipa Mandar (Bimantara Balanipa Mandar) mengecam aksi sejumlah remaja yang menari di atas makam Puang Yang Mulia (PYM) I Manyambungi Todilaling di Desa Napo, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).

Aksi tersebut viral setelah diunggah oleh akun Facebook Pesona Mandar, dan disaksikan ribuan pengguna media sosial. Dalam video itu, beberapa remaja putri terlihat mengenakan kostum adat, menari, dan bahkan memanjat pohon yang berada di area pemakaman leluhur Kerajaan Balanipa.

Ketua Umum Bimantara Balanipa Mandar, Andi Muhammad Ardam A, mengatakan pihak keluarga besar Biya PYM I Manyambungi telah melakukan diskusi dan keberatan atas aksi itu. Menurutnya tindakan tersebut sebagai perilaku yang tidak pantas dilakukan di tempat yang sakral.

“Banyak cara untuk merawat dan melestarikan budaya tanpa harus menari di atas makam,” ujar Andi Muhammad Ardam, kepada Mekora.id, Senin, (17/11/2025).

Bimantara Balanipa Mandar juga menilai, aksi menari diatas Makam itu bukan hanya bentuk ketidaksopanan, tetapi juga penghinaan terhadap nilai adat dan leluhur Mandar.

“Perbuatan ini bukan sekadar tindakan vandalisme, melainkan penghinaan kolektif yang melukai perasaan mendalam seluruh keturunan Puang Yang Mulia I Manyambungi dan masyarakat adat Mandar,” tegasnya.

Menurutnya, makam adalah tempat penghormatan terakhir yang bersifat sakral, bukan lokasi untuk pertunjukan budaya.

“Menjadikan makam sebagai panggung tarian adalah bentuk kebiadaban kultural yang tidak dapat ditoleransi,” lanjutnya.

Sebagai bentuk tanggung jawab moral, Bimantara Balanipa Mandar meminta pihak yang terlibat dalam pembuatan video untuk segera :

  1. Menyampaikan permohonan maaf secara lisan dan tertulis kepada Lembaga Adat Kerajaan Balanipa Mandar.
  2. Membuat video permohonan maaf terbuka.
  3. Menyatakan tidak akan menggunakan video tarian tersebut dalam lomba atau event apa pun.

Andi Muhammad Ardam menegaskan, langkah ini penting untuk menjaga marwah adat dan kehormatan leluhur Mandar.

Bimantara Balanipa Mandar juga telah meminta klarifikasi dari penjaga makam. Dalam pernyataannya, penjaga situs telah menyampaikan permohonan maaf melalui paguyuban.

“Ia mengaku tidak mengetahui adanya kegiatan tersebut karena saat kejadian sedang libur dan tidak berjaga,” jelas Andi Muhammad Ardam.

Exit mobile version