“Secara umum, para calon masih sangat normatif dalam menjelaskan detail kerja 5 tahun ke depan. Utamanya adalah minimnya data yang ditampilkan dalam analisis masalah yang dibeberkan. Padahal data ini sangat penting untuk memastikan segala perencanaan langkah kerja para kandidat ke depan itu sudah terukur dan berbasis perencanaan yang matang,” ujarnya.
Dalam konteks ekonomi, Muhammad menilai, bingung mencerna penjelasan dari Paslon. Hal itu dikarenakan kandidat tidak menyinggung soal Indeks Perilaku Korupsi. Padahal kata dia, Sulawesi Barat merupakan salah satu wilayah dengan Indeks Kerawanan Korupsi tertinggi.
“Bagaimana membaca data Indeks perilaku Korupsi di Sulbar, dikombinasi merencanakan pembangunan ekonomi, infrastruktur dan lingkungan. Dengan menampilkan data pasti akan lebih tepat sasaran dalam mengupas problematika Sulbar sehingga akan lebih tepat solusi yang akan ditawarkan,” jelasnya.
Muhammad juga menyebut, jika format debat perdana itu terus berlanjut. Maka tak ubahnya dengan lomba parade paparan tanpa gambaran.
“Jika miskin data dalam perencanaan maka format debat kandidat hanya akan mirip menjadi parade/lomba paparan komitmen tanpa gambaran detail solusi akan komitmen yang dijanjikan,” ungkapnya.
Seperti diketahui, dalam debat kandidat itu para Paslon lebih cenderung menyetujui usulan dan program kandidat lain. Bahkan dalam banyak kata pembuka, kalimat “Saya setuju” atau “Saya sependapat” lebih banyak diucapkan para kandidat