Dimensi Geopolitik
Bagi Beijing, pengembangan jalur darat ini bukan hanya soal logistik, tetapi juga strategi geopolitik. Perang dagang dengan Amerika Serikat di era Donald Trump membuka mata China akan risiko besar bergantung pada jalur laut internasional yang dipengaruhi Barat, seperti Terusan Suez, Selat Hormuz, dan Selat Malaka. Pandemi COVID-19 semakin menegaskan rapuhnya rantai pasokan maritim.
Situasi global terkini, termasuk perang Rusia–Ukraina, turut memperumit keadaan. Melalui Rusia dianggap berisiko tinggi, meski nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai 240 miliar euro pada 2024.
Sebagai alternatif, Beijing mendorong pengembangan “Koridor Tengah” yang melintasi Kazakhstan dan Laut Kaspia. Jalur ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada Rusia maupun jalur laut tertentu.
Tantangan di Depan
Meski menjanjikan, jalur darat Chongqing menghadapi sejumlah hambatan. Mulai dari keterlambatan bea cukai, tingginya biaya logistik, hingga keterbatasan infrastruktur. Banyak rute dalam inisiatif Belt and Road masih bertumpu pada subsidi pemerintah agar tetap menarik bagi eksportir.
