Mekora.id – Pemerintah Kota Bontang resmi meluncurkan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Lokal bagi balita dan ibu hamil bermasalah gizi, Kamis (21/8/2025), di CV Firman Jaya Utama, Kelurahan Tanjung Laut, Kecamatan Bontang Selatan.
Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, menegaskan bahwa upaya penanganan stunting di Bontang menunjukkan hasil signifikan.
“Tahun 2023 stunting di Bontang masih 27 persen, tertinggi di Kaltim. Kini sudah turun menjadi 20–21 persen, atau berkurang 7 persen. Capaian ini tertinggi di Kalimantan Timur,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya langkah promotif dan preventif, mulai dari kewajiban ibu hamil mengonsumsi 90 tablet zat besi, remaja putri rutin minum tablet tambah darah (TTD), hingga mengurangi konsumsi junk food.
“Dalam satu bulan, program PMT bagi 65 ibu hamil bermasalah gizi berhasil menurunkan 30 persen kasus,” tambahnya.
Pemkot menargetkan angka stunting turun hingga 14 persen pada 2027, lebih cepat tiga tahun dari target nasional 2030. “Semua harus terdokumentasi agar Bontang jadi contoh nasional,” tegas Neni.
Kepala Dinas Kesehatan Bontang, Bahtiar Mabe, melaporkan bahwa program PMT Lokal menyasar 1.219 balita dan 65 ibu hamil dengan dukungan dua dapur umum, salah satunya di Loktuan.
“Meski Bontang kaya ikan, kasus stunting masih tinggi. Program ini bukti komitmen meningkatkan kualitas SDM,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Komite 1 DPD RI sekaligus Dekan UMKT, Andi Sofyan Hasdam, menilai Bontang pantas jadi pilot project nasional.
“Jika berhasil, Bontang akan jadi contoh Indonesia dalam menurunkan stunting,” ucapnya.
Hal senada disampaikan pakar gizi Kemenkes RI, Abdul Rasad Taha, yang mengapresiasi langkah Bontang. Menurutnya, dengan wilayah yang relatif kecil dan satu dapur utama, kualitas PMT lebih mudah dijaga.
Acara launching ditutup dengan peninjauan dapur PMT Lokal. Dengan dukungan lintas sektor, perguruan tinggi, hingga UNICEF, Bontang optimistis mampu menurunkan stunting lebih cepat dan menjadi model nasional.