Ditengah kondisi itu, Abdullah mengatakan sejak peristiwa itu ia dan keluarga besarnya seringkali merasa was-was ketika langit mulai gelap. Pasalnya jika banjir serupa terjadi lagi dia takut kamar dan ruang tamunya ikut ambruk.
“Kalau langit kelihatan gelap kami biasa lari ke belakang untuk cari aman, kendaraan juga diparkir di luar rumah biar aman,” ungkapnya.
Hingga kini, Abdullah mengaku masih kebingungan untuk melakukan perbaikan rumahnya sebab estimasi biaya dan biaya angkut material tak murah.
Meski begitu, dia mengaku telah ada petugas dari TAGANA yang mengecek hingga memotret rumahnya yang jebol itu. Namun Abdullah menyebut tidak ingin berharap banyak.
“Biaya angkut pasir dan batu ini juga mahal, kemarin sudah ada dari TAGANA datang lihat. Namun kalau ada bantuan syukur, tapi kalau tidak ada ya tidak bisa apa-apa juga,” tutup Abdullah.