Setiap tanggal 1 Mei, yang dikenal sebagai May Day atau Hari Buruh Internasional, diperingati di berbagai belahan dunia sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan kelas pekerja. Di banyak negara, tanggal ini bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional—simbol pengakuan atas kontribusi buruh dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Dalam memahami makna May Day, kita perlu menggunakan pendekatan bertingkat: global, nasional, dan lokal. Pendekatan ini penting untuk melihat bagaimana dinamika global berdampak pada kebijakan nasional dan akhirnya menciptakan ketimpangan sosial dan ekonomi di tingkat lokal.
Perspektif Global: Perlawanan terhadap Kapitalisme
Gerakan May Day bermula dari perlawanan terhadap sistem kapitalisme yang menindas. Karl Marx menyebut bahwa sejarah umat manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Dalam sistem kapitalis, buruh adalah kelas yang tereksploitasi dan teralienasi dari hasil kerjanya sendiri. Musuh utama buruh, dalam pandangan Marx, adalah kapitalisme itu sendiri.
Kita bisa menengok kembali sejarah penting pada 1 Mei 1886, ketika lebih dari 300.000 pekerja di Amerika Serikat melakukan aksi mogok menuntut jam kerja delapan jam sehari. Aksi ini memuncak dalam tragedi Haymarket di Chicago pada 4 Mei 1886, ketika bentrokan antara polisi dan demonstran menyebabkan korban jiwa. Peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah perjuangan buruh dan simbol perlawanan terhadap sistem kerja yang tidak manusiawi.