“Kami ingat betul pernyataannya waktu itu. Tapi hari ini, kami belum melihat bukti,” tambah Rozi.
Kekecewaan juga disampaikan kepada Komisi III DPRD Mamuju yang sebelumnya aktif dalam RDP, namun kali ini tidak menampakkan diri.
Meski demikian, para pelajar tetap mengapresiasi beberapa anggota DPRD yang bersedia menemui massa aksi dan menyatakan komitmennya untuk memfasilitasi kebutuhan transportasi pelajar.
“Mereka berjanji akan mengkomunikasikan penyediaan kapal dan bus paling lambat dalam dua hari kedepan,” jelas Rozi.
Aksi para pelajar dan mahasiswa dari Pulau Karampuang itu diakhiri dengan mencoret-coret lantai dan pintu masuk Gedung DPRD Mamuju. Aksi itu merupakan kritikan dan bentuk kekecewaan dari massa.
Sebelumnya, pada Desember 2024, para pelajar dan mahasiswa ini telah melakukan protes. Mereka menuntut diperlakukan sama dengan pelajar-pelajar lain di kota Mamuju atas transportasi.
Mereka mengaku, setiap hari harus menggunakan perahu penumpang. Hal itu membuat mereka harus merogoh koce Rp70-Rp100 ribu setiap bulan.