Ia menekankan pentingnya kode etik jurnalistik sebagai pedoman dasar setiap jurnalis dalam menulis berita, terutama yang menyangkut hak korban dan dampak psikologisnya.
Isu Bunuh Diri: Dapat Dicegah Jika Gejala Dikenali
Dalam sesi diskusi yang sama, Tajrani Tahlib, peneliti psikologi sosial, menjelaskan bahwa tindakan bunuh diri tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui rentang waktu dan gejala yang bisa dikenali.
“Banyak berita menyederhanakan motif bunuh diri hanya karena ‘masalah pacar’. Padahal itu keliru. Perubahan perilaku seperti menarik diri, sulit makan, atau tampak murung adalah tanda awal yang bisa dikenali,” jelas Tajrani.
Ia juga mendorong pentingnya menciptakan lingkungan yang suportif dan terbuka agar seseorang dapat mengekspresikan tekanan mentalnya sebelum mencapai titik ekstrem.
“Langkah awal yang bisa dilakukan adalah mencari ketenangan di alam, seperti ke pinggir laut atau pegunungan. Tapi bila gejalanya berat, maka sebaiknya segera mendatangi psikolog profesional,” tambah lulusan UGM ini.
Pers Perlu Menjadi Bagian dari Solusi
Diskusi “Meliput Dengan Empati” ini menjadi pengingat bagi jurnalis, berita yang mereka tulis bisa menjadi pisau bermata dua — menyembuhkan atau justru menyakiti. Karena itu empati menjadi fondasi utama dalam peliputan isu-isu kemanusiaan.